TINGKAT PENDIDIKAN SUAMI-ISTRI KATOLIK DAN KESETARAAN GENDER DI PAROKI SANTO IGNATIUS WAIBALUN

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh tingkat pendidikan terhadap kesetaraan gender. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Teknik penelitian ini adalah observasi dan wawancara terhadap suami istri di Paroki St. Ignatius Waibalun. Hasil penelitian ini menunjukan pendapat dan pandangan yang bervariasi. Ada pasangan suami istri memandang budaya patriarkat sebagai identitas masyarakat suku Lamaholot, sedangkan pada aspek kesetaram gender, jika taraf pendidikan lebih tinggi adalah istri, maka budaya patriarkat tidak berpengaruh kepada sikap kesewenangan terhadap kaum perempuan dalam diri istri. Sebaiknya, jika suami berpendidikan tinggi, sedangkan istri tidak demikian maka budaya patriarkat semakin kuat hidup dalam keluarga. Pada keluarga yang suami dan istri sama-sama mengenyam pendidikan tinggi, akan ada sikap saling menghargai, lebih toleran dan mudah membangun kerja sama. Namun jika suami dan istri berpendidikan rendah da menengah, budaya patriarkat masih kuat diterapkan, namun tidak dirasakan sebaga persoalan bagi kaum perempuan dalam diri istri. Ketidakadilan gender dialami sebagai hal yang wajar karena berpandangan bahwa kaum perempuan secara kodrati adalah melahirkan anak, pelayan suami dan anak-anak. Berdasarkan hasil ini, kepada kaum laki-laki supaya lebih realistis dengan perubahan dan pergeseran ke menuju gerakan kesetaraan gender bersama kaum perempuan. Sedangkan bagi para orangtua, agar sejak dini, mendidik anak-anak dengan memerhatikan aspek-aspek keadilan gender.